Tanpa jenuh akan kurayu bulan agar singgahkan cahaya dipintu. Kunangkunang sudah lelah bersaing dengan bintang. Tapi kita masih saja acuhkan udara malam. Terlalu mempesonakah lampulampu dan lembarlembar lukisan senyum tak dikenal itu. Namun angin masih setia melagukan tarian ranting jadi puisi pada denting gelas ditangan. Malam ini alkohol cuma teman sekongkol yang lahir dari botol; teramat tolol. Takkan reda dahaga, hingga kau tuangkan wangi teh melati pada cangkir plastik didapur kumuh kita. Sayupsayup kudengar betapa merdu detak jantungmu didadaku.
Tibatiba bulan duduk manis dilantai, bersiap merangkai kicau parau burung gagak jadi sajaksajak, mekar dan menyusup masuk lewat jendela, berserak di seluruh penjuru ruang. Tawamu menyalakan malam jadi hangat dan terang…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar