Seekor cicak baru saja menanggalkan ekornya demi menyelamatkan nyawanya dari kejaran seekor tikus. Cicak berlari terengahengah di dinding ruang rapat, mendekati burung garuda. Bersembunyi di belakang ekornya.
Burung garuda, menegur cicak dengan suara berat,”Tega sekali kau tinggalkan ekormu, demi menyelamatkan dirimu sendiri.”
Cicak berdecakdecak, masih terlalu gemetar untuk menjawab.
“Kau tahu semua yang sejenismu selalu pengecut, demi mencari selamat, mengorbankan ekor yang selalu setia menjagamu. Bukankah kadal juga melakukan hal yang sama. Apalagi bunglon itu, dengan seenaknya merubah warna kulitnya untuk menipu musuhnya. Kalian memang bangsa yang payah, reptil, golongan rendah, tak pernah mau menghadapi tantangan dengan cara terhormat.”
Cicak masih berdecakdecak, mengatur nafasnya.
Burung garuda sudah setengah membuka paruhnya untuk mencela cicak sekali lagi. Ketika sebuah suara muncul dari sebuah kotak, gemerisik bunyinya. Suara itu bercerita tentang sebuah tragedi yang menewaskan sekian manusia, demi menjaga perisai yang dipakai burung garuda untuk melindungi dadanya.
Cicak tak berhenti berdecak, ck.ck.ck*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar