sudah cukup aku mabuk semalam. mengetuk pintupintu melayang sepanjang jalan. menendangi batubatu, melentingkan tawa ke trotoar. dan kau masih tak tahu apa yang membuatku terus menuangkan arak. bubuk mesiu, kabel merah biru, detikdetik jam tanganmu, selonsong peluru di ruang tidurmu itu. aromanya membawa ingatanku pada lezat daging panggang. begitu caramu mengadakan pesta barbeque. dan aku terus mendugaduga apa yang terendam di dasar gelas, empedu ular atau umbi panjang usia. dendam atau amarah siapa yang pahitnya tengah kutenggak. dan aku terus berharap segera bisa muntah, membuang nanah dan asam dari lambung, sebelum gas beracun menjadikan cacingcacing dalam perutku kembung. masih ada waktu untuk bangun dari mimpi, yang paling lelap sekalipun, andai salah satu dari kita segera terjaga. mengenyahkan mabuk sebelum detikdetik di lenganmu meruntuhkan temboktembok kota.
atau kita lanjutkan saja bisikbisik manja di lantai dansa, biar maut makin cemburu padamu, makin berhasrat mengecup bibirku. biar maut tahu semanis apa hidup, semanis menghirup harum arak dari guciguci yang tersimpan di ruang bawah tanah rumah tuhan*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar