Kamis, 23 Desember 2010

kartu pokemon

Di halaman sekolah ada yang menjual kartu bergambar, ruparupa mahluk dan warna tertidur di setiap lembarnya. Dengan seribu rupiah seorang bocah bisa membeli kartu, membuka kotaknya dan berteriak girang melihat monstermonster terbangun, berhamburan keluar. Menggeliat di talapak tangan bocah, seperti ingin segera mendapat lawan bertarung. Lalu temanteman mendekat, memamerkan monstermonster miliknya, menantang duel. Satu persatu kartu ditepukkan dalam telapak tangan dua orang bocah. Monstermonster terbang, memancarkan cahaya dan jurus rahasia. Yang menang akan berbaring di tanah dengan wajah menengadah bangga, yang kalah menelungkup, tak berani memandang dunia. Pertandingan terus berlanjut, monstermonster berguguran atau jadi jagoan. Bocahbocah bersorak riuh, untuk yang perkasa, melenguh untuk yang lemah. Monster yang kalah harus kembali ke dalam kartu, berpindah tangan, jadi milik bocah pemegang kartu jagoan.

Bel tibatiba berdering nyaring, waktu main sudah berakhir. Bocahbocah mengeluh kecewa. Lalu memunguti semua kartu, berlari menuju kelas. Monstermonster kembali ke dalam kartu. Tak ada yang mendengar, monstermonster bercengkrama, saling berjabat erat dan mengobrol hangat sebelum terlelap dalam saku celana bocahbocah selama pelajaran berlangsung. Yang menang dan kalah berhimpit rapat, tak ada kebencian, tak ada dendam sesama kartu saat bocahbocah sedang belajar. Belajar sambil setengah melamunkan kemenangan dan kekalahan, merancang siasat untuk mengadu kartu di istirahat berikut. Monstermonster sedikitpun tak peduli, tidur nyenyak, tak terusik rasa gelisah bocahbocah. Sampai bel berdering kembali, sampai tiba waktunya bertempur lagi.

Andai saku celana bisa bercerita pada bocahbocah, betapa manis dan lembut monstermonster yang sedang tidur pulas*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar