Kamis, 23 Desember 2010

malam natal

Aku jadi sebuah ruang panjang, membiarkan tubuhku berdiri, berbaris dalam antrian menuju sebuah meja. Aku melihatmu turut mengantri, entah minyak atau beras, gula atau lagu, juga doadoa. Orangorang berbaju licin itu punya segalanya. Nampaknya. Ruang panjang makin malam semakin lenggang, semua tubuh beranjak pergi membawa sebuah paket. Segi empat, berwarna emas, berpita hijau merah. Serupa bingkisan natal.

Apakah santa klaus itu ada ?

Aku mau jadi kereta kayu. Berpegang erat pada sekawanan kuda, rusa, atau serigala. Berderap melintasi dunia. Hingga kembali di tempat dulu ikanikan salmon bertelur. Sepertinya kacau. Lautan dan daratan dalam lajur kereta. Tergenang limbah yang warnanya berubahrubah. Semakin dekat di ujung waktu, semakin kencang kereta melaju. Melemparkan satu persatu mainan ke cerobong asap. Suarasuara riang menyentuh atap rumahrumah, menyingkirkan nyanyian parau burung hantu.

Santa klaus pernah ada, datang dari kaus kaki yang hanyut terseret air bah, atau limbah, atau tertinggal di lembahlembah tempat anakanak mencari cemara. Baiknya kukembalikan tubuhku ke dalam ruang panjang, berbaris menuju meja. Menanti orangorang menuangkan makan malam pada piring kertas berwarna perak. Warna yang sama dengan bintang di puncak cemara*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar