Selalu begitu sulit menulis tentangmu. Andai aku mengenalmu sebelum dindingdinding itu bergema nyaring. Lagu pujian yang siasia. Syahadat yang sesat. Lututku mulai kesemutan. Kubayangkan lilin itu membakar altar sampai hangus, sampai kuku dan rambut orang saleh yang tersimpan di dalamnya raib sempurna. Sesempurna aku ditikam cinta. Tapi kau tak pernah butuh apaapa, asap gaharu itu wanginya hanya untukku. Bukan kau, aku yakin kau tak berhidung, hingga peri biru tak bisa memanjangkan hidungmu ketika kau berbohong mendengarku minta tolong. Selalu begitu sulit menulis tentangmu, kau menertawakan aku yang pemarah. Jadi siapa yang pecundang di setiap kotbah, aku, jubah, meja atau bunga dan api yang menarinari ?*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar