Sampai kapan ibu akan menambal lubanglubang pada bajuku ? Sampai habis benang atau sampai jarum jadi tumpul. Saat itu hari akan sudah sangat larut, pasar sudah menutup semua pintu, apalagi tokotoko, pasti telah lama pulang. Tak ada tempat lagi untuk beli benang dan jarum. Ibu tersenyum, menumbuhkan lubanglubang baru pada bajuku. Kepiting dan ranting juga tumbuh di situ, berjalan menyamping, memanjang ke langit, bersama senyum ibu yang matahari.
Bajuku jadi terang dan hangat, serupa pantai. Aku merasa bisa membangun istana pasir di sana. Ibu tertawa melihatku gembira, tertawa begitu keras hingga tersengalsengal. Lalu ibu terbatuk, menyemburkan dahak serupa ombak.
Ketika ayah membuka pintu pagi itu, buihbuih ombak membelai kakinya. Pantai tergelar di lantai, sebuah istana pasir berdiri megah, dengan rantingranting dan bunga karang, kepiting berkejaran riang. Aku sedang bermain dengan ikan badut dan bintang laut. Ibu tersenyum lewat jendela menara istana, melambaikan tangan, mesra memanggil ayah.
Ayah pulang membawa benang dan jarum. Tapi, tak ada lagi yang perlu dijahit, bajuku sudah utuh jadi laut*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar