Katakatamu bergantungan di tiang listrik sepanjang jalan, menunggu petir memercikkan api, dengan sembunyisembunyi merekahkan senyum, mengamati canda mesra sepasang merpati. Setetes anggur pada luka akan membunuh semua kematian. Begitu yang diajarkan tuhan sebelum pergi berperang, maka seorang pejuang tak perlu berbekal apaapa, selain kantong anggur yang terselip di antara pedang dan tulang rusuknya.
Malammalam akan merawat lukaluka dalam gelapnya. Jalanjalan sesat akan mengantar jiwajiwa pulang ke rumah yang hilang. Tak ada penyangkalan yang lebih sempurna daripada rindu yang tertinggal di jejak berlumpur, melekat di sepatu tipis yang melubangi dirinya agar telapak kaki merasakan tajam batu, genangan kelabu, memerah oleh darahmu. Kita bisa meletupkan cinta dari ranting yang terpuruk di tanah, merasakan hampa. Dan aku jadi terlalu pengecut untuk bertanya padamu, tepatkah aku memilih kata, serupa kau menjaga luka.
Aku cuma mau jadi seorang kekasih: selalu lebih percaya pada makian ketimbang rayuan, lebih menggilai luka dibanding kilau permata. Kenapa. Kenapa. Pasti bukan kau atau aku yang bertanya*
Malammalam akan merawat lukaluka dalam gelapnya. Jalanjalan sesat akan mengantar jiwajiwa pulang ke rumah yang hilang. Tak ada penyangkalan yang lebih sempurna daripada rindu yang tertinggal di jejak berlumpur, melekat di sepatu tipis yang melubangi dirinya agar telapak kaki merasakan tajam batu, genangan kelabu, memerah oleh darahmu. Kita bisa meletupkan cinta dari ranting yang terpuruk di tanah, merasakan hampa. Dan aku jadi terlalu pengecut untuk bertanya padamu, tepatkah aku memilih kata, serupa kau menjaga luka.
Aku cuma mau jadi seorang kekasih: selalu lebih percaya pada makian ketimbang rayuan, lebih menggilai luka dibanding kilau permata. Kenapa. Kenapa. Pasti bukan kau atau aku yang bertanya*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar