Kamis, 30 Desember 2010
mencoba mengerti
Aku mengantuk sekali siang ini, tak ada yang seberat kelopak mata, merasakan udara mendekat hangat, pejamkan, pejamkan, seperti sebuah nyanyian merdu, berbisik lembut di keningku. Televisi merayu demamku, namanama, manamana, amanaman, tak begitu sebenarnya, tapi entah. Kenapa hanya dia yang kudekap eraterat. Apalah artinya bencana buat seorang perempuan yang jatuh cinta. Aku hanya ingat, pernah bahagia memandang sebuah gunung dari balik jendela kereta api. Gunung berlari mengikuti jalur kereta api, aku mengantuk, persis siang ini. Aku tak mendengar ada yang berteriak di sana, selain ejekan elang untuk monyet, dalam hutan di lereng gunung berapi. Gerak gerbong kereta api, api memercik di ujung korek api. Aku larut terbakar sunyi. Menggigil dalam hangat darahmu*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar