Mereka menulis, aku mulanya adalah debu. Maka aku menunggu angin mengangkat tubuhku, lama.
Aku kecewa, angin bisanya cuma memainkan rambutku. Mereka sok tahu atau berdusta, aku tak tahu.
Aku bertanya padamu. Kau membisu, malah berbisikbisik pada angin.Aku tak percaya kau tak tahu, angin tak suka menyimpan rahasia. Angin suka aroma buah apel, sehabis kucuci rambutku. Angin berkata,”Kau debu yang dikutuk jadi batu.”
Aku percaya pada angin. Angin tak bisa menerbangkan batu. Apa salahku.
“Kau terlalu ingin tahu." Aku minta kau kembalikan aku jadi debu.
“Tunggulah sampai cinta menciummu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar