Kamis, 23 Desember 2010

maestro

Suatu ketika aku adalah kanvas, menunggu usapan kuas menggoreskan warna. Tak pernah kuduga senimanku begitu eksentrik, tak punya kuas untuk melukis. Satu persatu botol tinta ditumpahkannya pada kanvas, warnawarna terjun bebas, meresapi seratserat kanvas. Senimanku belum selesai, dibantingnya aku ke lantai. Disentuhnya kanvas dengan telapak kakinya sendiri. Aku tersengal dan habis nafas, secepat kilat semua jejak kisah berpindah padaku. Seketika aku berada dalam sebuah pesawat supersonik, mengitari tatasurya secepat cahaya, dari celah asap yang terhembus dari hidungnya, aku melihat matahari beragam bentuk dan warna melambailambai, lalu aku mulai asyik melukisi diriku sendiri. Senimanku tertawa puas, memandang jejak kakinya pelanpelan tenggelam ke dalam lanskap*  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar