Kamis, 30 Desember 2010

sepotong brownies

Seperti sediakala, aku memintamu berbagi sepotong brownies. Taburan kacang di atasnya bersorak senang, selalu ada manis coklat terselip di rahang malam. Pita biru, kemeja putih, blue jins, dan kerling mata, kau datang, membawa bunga yang kaupetik sendiri, dari taman hatiku sendiri. Kupukupu di sana terbang bingung, menanyakan, di mana putik dan benang sari, di mana madu menunggu, di mana wangi bungabunga itu?

Aku berjalan lurus, menerobos tulang rusukmu, masuk dalam bilik jantungmu, menyingkirkan semua bekas kemasan dan kertaskertas kumal, hingga terlihat seikat bunga, merunduk layu, tak ada harum meruap dari kelopaknya. Kubebaskan bunga dari himpitan benda, kudekap erat, kubenamkan wajah padanya,”Kekasihku…kekasihku…berserilah kembali.”

Kukirim terimakasih untuk setiap rintik gerimis yang dijatuhkan matahari, dan bunga layu merekah kembali, segar dan harum, meneteskan madu. Sayang kupukupu tak lagi bisa terbang, punggungnya berlubang, menancapkan paku pada dasar kotak, tak ada bercak darah pada lapisan satin putihnya, tak ada luka di tubuh dan sayap kupukupu. Sayap kupukupu terentang, pasrah, seolah bahagia, penuh gambar dan warna. Kupukupu tak lagi terbang, tak lagi mencari madu, tak bertanya di mana bungabunga. Kupukupu abadi membeku di balik kaca, anakanak sekolah akan senang memberinya nama, mempelajarinya baikbaik dalam kelas sains.

Seperti sediakala, aku setia memandang cahaya di wajahmu yang pulas, menunggu semua bungabunga mengering, agar segera kau petik lagi kuncupkuncup yang tak berhenti tumbuh dari sepotong brownies*  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar