Kamis, 23 Desember 2010

boneka voodoo

Lumpur senang menempel kuat pada sepatu, seakan ingin diingat, atau mencari tempatnya kembali di bagian bumi mana dulu berasal. Kubawa pulang, kuhentakkan keras di teras rumah, atau kuhapus dengan seratserat keset. Aku tak pernah ingat untuk bertanya kemana lumpur ingin kubawa.  Yang pasti bukan ke wajahku lagi. Bukan pula ke atap rumah yang pelanpelan terbenam dalam warna kelabu.

Konon, dari lumpur aku dicipta, bukan karena adam dan hawa bercinta. Hanya saja tuhan suka bermain tanah liat sehabis hujan. Iseng tangannya meremasremas lumpur sebelum mengeras, membentuk bulatan, oval dan batangbatang, jadilah tubuhku. Tak pernah bisa kubayangkan bagaimana dia membuat organorgan dalam tubuhku. Sekonyongkonyong aku hidup, lalu berjalanjalan dengan membawabawa lumpur pada sol sepatu.

Maaf jika ini lancang, bahkan kurang ajar, kukatakan saja hasrat hatiku, biar sesat itu menjeratku sampai mati. Demi nyawaku, ingin sekali aku bermain lumpur, meremasremas tanah liat yang menggenangi atap rumah saat aku belum usai berdoa, mencoba merupakan bayang tuhan dalam bentuk*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar