Puisi itu telah mendustai dirinya sendiri, berkata bahwa semua akan baikbaik saja. Walau kau tahu pasti, telah tanak airmata, mendidih dalam periuk sepi, dibakar malam yang menyalakan rindu teramat kelu. Aku hanya mencarimu: bintang yang bersinar di ufuk langit terjauh. Bintang yang redup, yang menutup cahayanya dari bibirbibir yang gaduh menuduhku selingkuh.
Aku pasti kembali padamu, setelah puisi itu menyesali dirinya sendiri, untuk setiap kalimat yang mencemari baitbaitnya. Sekarangpun, aku menunggu kau mengedipkan mata, mengalirkan kembali rinai ke tubuh sungai. Biar sungai menjaga lumut mendekap batu. Biar bintangbintang kembali berloncatan di jantung ikan*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar