Jumat, 10 Desember 2010

perjalanan

Tak peduli pagi, mimpi masih berlari dikejar angan liar beterbangan. Hinggap di jendela flatflat, mencoba mengintip wajah kuyu dan ikanikan di akuarium yang tak pernah lesu berenang mengelilingi dunia sempit berdinding kaca, lupa pada laut. Mendekatlah kata perempuan itu dari balik buku, kepada ruang yang siap melahap sesak dadanya. Lalu dia bangkit menutup buku, melangkah ke beranda, menghirup bau perjalanan kapalkapal terbawa angin ke dalam lipatan tirai. Rindu serasa makin asin di lidah. Rintikrintik hujan mulai mengetuk lengannya, merayu meminta peluk, pernah suatu masa ketika dia tinggal di rumah tak bertangga, tak ada teras juga kebun, ibunya menyuruhnya membeli sekerat ikan di warung. Namun dia tersesat dalam sebuah gang kumuh, dimana ikanikan berenang bebas dalam genangan air dijalan berlubang. Maka diberikannya uangnya pada seorang pemintaminta tua, dan dibawanya genangan air, bersama ikanikannya disitu, ke dalam hatinya. Mimpinya masih serupa, kelak bunda akan singgah melepas penat bersamanya di muara...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar