Jumat, 10 Desember 2010

dejavu

Hari ini kantorkantor tutup, menyenangkan sekali. Bisa berjalanjalan dengan baju bebas. Seragam itu buat ku muak. Macam ikan asin berjajar di bawah terik. Serupa. Melinting. Kering. Ciptakan dahaga dilorong lehermu. Agar anakanak anjing bebas keluar masuk sembunyi, hindari maut ditanah dewata. Lelaki membunuh anjing yang dituduh sinting, lalu membeli mantel kulit anjing sebagai hadiah berkelas bagi perempuan sinting. Siang ini panjang, cukup untuk mengeja halamanhalaman buku di resensi koran pagi. Lalu berdebat sejenak dengan seorang demonstran yang turun ke jalan menjajakan permen dan kacang. Langit itu kenapa biru, karena kalau kelabu kita sebut mendung. Aku dengar tawa sahabatku dimasa kecil, rasanya ganjil sekali dulu pernah ada mahluk bernama sama denganku. Dulu saat sebuah tamparan menyelesaikan masalah. Lalu pohon mangga memelukku. Hari apakah itu. Tanggal dan bulan berapa. Di jalan apa. Tak tercatat disurat kabar atau jurnal manapun. Seakan aku bukan penduduk. Loh, apakah lagu itu untukku. Dan segerombolan marching band lewat menggetarkan jalan. Entah darimana kau datang menunggang kuda bersayap. Akhirnya aku bisa pergi. Meninggalkan jalanan, jemuran, tambaktambak, mayatmayat anjing, kulit telur, sepatu dan kaos kaki, seragam, dan segala sajaksajak berserak di aspal. Kulihat seorang gadis kecil dalam pelukan pohon mangga melambaikan tangannya, tibatiba gadis kecil itu berteriak, "pegasus..",merekah senyumnya dalam derai airmata...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar