Jika tak bisa kucintai kau dengan sederhana, maka biarkan aku terus mencintaimu dengan berbagai cara.
Apakah yang sederhana ? Apakah yang istimewa ? Mau yang biasa atau istimewa ? Mengingatkanku pada pertanyaan penjual martabak atau nasi goreng, sama sekali tak sebanding dengan mencintai kau.
Begini saja, aku akan mencintai kau dengan caraku. Sepertinya kalimatku egois. Dengan caraku. Bagaimana aku bisa tahu dan yakin bahwa kau akan menyukai caraku mencintai kau ? Tapi aku merasa tak keberatan jadi egois demi mencintai kau. Ah, rasanya kian kacau saja semua kata. Aku lelah mengatakan itu semua, dan yang lebih parah, semua tak bisa membuat kau lebih bahagia.
Maafkan semua yang pernah kukatakan. Semuanya salah ! Dengan mengatakan aku telah berusaha memberi dan menjadi yang terbaik, aku telah menghapus semua kebaikan yang mungkin pernah ada di antara kita. Setiap waktu, ketika kucoba mengatakan dan menunjukkan betapa kucintai kau, akan semakin kau lihat betapa aku tak mampu mencintai kau.
Penyesalan dan rasa bersalah juga tak membuat segalanya jadi lebih baik. Hanya membuatku jadi murung, tentu kau tak suka, meski kau tak mengatakan tak suka.
Lantas, apa masih ada yang bisa kulakukan tentang mencintai kau ?
Hahaha...
Betapa bodohnya aku. Jika kau sudah baca semua tulisanku, kau akan tahu, betapa bodohnya aku. Menyangka kau tak mengerti. Menyangka kau tak memahami. Bahkan sebelum kukatakan kucintai kau, tentu bisa kaurasakan semua cintaku, di setiap hela nafasmu yang telah jadi hadiah terindah untukku.
Sebelum aku menyesal dan mengatakan minta maaf, kau pasti sudah menghapus semua salah.
Semua katakataku sekali lagi hanya bisa buktikan betapa tak akan pernah mampu kucintai kau. Tapi, cinta bukan perkara yang bisa selesai dengan adanya bukti. Tapi, aku selalu tahu pasti, tak mampu aku mencintai kau.
Karena kau lebih perkasa dari cinta ? Entah ! Kau boleh tertawa dan besar kepala. Setidaknya tawamu akan membuatku gembira, dan aku akan merasa berarti jika bisa membuat kau bangga dengan dirimu sendiri.
Dan, kau terus akan tertawa, menertawakan kita. Jika aku cemberut, kau akan berhitung, menghitung detikdetik selama aku bisa bertahan untuk tak ikut tertawa. Biasanya tak sampai sepuluh detik, sudah meledak tawaku.
Kenapa ? Kenapa kau begitu jenaka ?
Aku mungkin tak akan pernah mampu mencintai kau, aku cuma punya diriku.
Sekarang kau telah tahu segala tentangku; kebodohanku, kesombonganku, keangkuhanku, kedengkianku, dan yang paling buruk adalah keyakinanku bahwa aku cukup baik bagimu, alangkah buruk semua itu.
Maaf, lagilagi aku meremehkan kau, menduga bahwa kau tak tahu semua itu sebelum kukatakan. Mungkin kau telah sangat paham dan mengerti semua tentangku, bahkan tentang semua yang belum atau tak akan bisa kukatakan padamu. Dan kau tak terganggu oleh segenap ketidaksempurnaanku, lebih tepat kusebut keburukan yang terburuk yang ada padaku. Maafkan aku.
Maafkan aku yang begitu mencintai kau.
Maafkan aku yang tak bisa berhenti mencintai kau, dan mengatakan itu.
Aku mencintai kau dengan segenap hatiku yang tak mampu mencintai kau.
Aku mencintai kau. Selalu.
Aku mencintai kau*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar