Selasa, 22 Februari 2011

sore

Sore mengetuk jendela kamarku, jarijari angin dengan kuku runcing dan wajah meringis semanis kucing.

“Aihh… kau lucu sekali,” aku menyapanya. Lalu sore itu berjingkat melompat jendela kamar. Jejak kakinya basah,” Di luar hujan,” katanya, dengan riang sore melompat sekali lagi ke pangkuan. Duduk manis sambil membisikkan makian.

“Tapi kenapa ?” Aku bertanya. Sore mengangkat bahunya, tersenyum ramah,”Tak perlu alasan untuk marah atau bahagia.” Aku menatap jendela, air berjatuhan menimpa punggung semut, pekerjapekerja setia yang malang di luar sana, tak lagi bisa pulang menemui ratunya. Air melumat semua yang kecil dan tak berdaya.

“Tapi hujan selalu indah,” aku menghibur sore sambil mengeringkan tubuhnya*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar