Selasa, 22 Februari 2011

malam tanpa bulan

Suatu ketika malam berbisik, “Aku bosan membaca tulisanmu tentang bulan”

Aku merasa tak enak hati mendengarnya, “Akupun demukian.”

Aku dan malam saling pandang, lama, hingga akhirnya bertukar isyarat, saling mengedipkan sebelah mata.

“Hei bulan, kau dengar kan, aku telah banyak menuliskanmu, tapi tak satu katapun kautulis untukku, malam ingin membaca tulisanmu tentang orangorang yang setia menemanimu bersinar.”

Bulan diam, hanya terus menatap dengan sebelah muka bersinarnya. Bulan tak mau memalingkan wajah, mungkin juga tak bisa, bulan tak punya otot dan tulang untuk menggerakkan wajahnya.

”Bulan tetap bersinar, hanya menatap satu arah.” Aku kembali menuliskan bulan, walau malam tak melihat wajahnya, mungkin tertutup awan, atau sedang berputar menyinari sudut lain dunia. Bosan pada bulan hanya sebentar, kurasa malampun demikian.

Malam menurunkan hujan*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar