Senja, kautanam sebilah pedang, dalam jiwa. Malam, bersemi luka, ranggas, mengalir darah, pedangmu tumbuh teramat rimbun, menebas jantung, hati, paruparu, ginjal dan empedu. Tubuhku kamar jagal, banjir darah. Laut merah, aku berbaring,mengapung diayun gelombang bersama anakanak itik, sapi, alangalang kehilangan akar. Menunggu kau mengirim pemegang tongkat, segera belah laut dalam tubuhku, agar barisan beruang emas menyeberang, menemui fajar, matahari mengintip dari balik ranting*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar