Batapa ingin belajar membaca, seperti dulu. Membaca tanpa mengenal abjad, tiga buku pertama. Mendengar suara, mengingat gambar, merdu dan bersinar. Tiga buku pertama, belajar berhitung, ayo bermain, peter anak kelinci. Ibu bilang nenek mengirimnya, aku percaya, mungkin dari surga. Ibu dan ayah bergantian membacakan cerita, menceritakan gambargambar berwarna. Aku tertawa, menjatuhkan beras merah di lantai, tikustikus pembawa berkah mencicit senang di balik pintu.
Satu sampai dua belas angka, satu anak kucing, dua itik, tiga anak anjing, empat, lima, enam butir telur, tujuh bebek, delapan anak ayam, sembilan angsa, sepuluh buah kenari, sebelas, duabelas bola warnawarni. Kucoba mengingat, sudah begitu lama, angkaangka pernah tertawa.
Ayo bermain, terdengar menyenangkan. menyusun bangku jadi mobil, kereta api, truk pengeruk, pemadam kebakaran, ngung, ngung, ngung. Topeng kertas bekas pembungkus, televisi dari kerdus, bajak laut bermata satu. Betapa ingin kembali bermain bersama anakanak beruang, anakanak kucing, dan anakanak kelinci. Sudah begitu lama. Aku lebih suka purapura dibanding yang sunggusungguh menderukan asap.
Buku ketiga tak bisa kulupa. Peter anak kelinci. Peter anak kelinci yang nakal, memaksaku menghapal setiap kata. Tak macam flopsi, mopsi dan ekor kapas, bermainmain di tepi hutan ketika ibu kelinci mencari makan. Peter malah menyusup ke kebun tuan mc.gregor, mengacakacak kebun, mencuri umbi dan sayur mayur. Tuan mc.gregor sangat geram, mengejar peter keliling kebun dengan garu terayun di tangan. Susah payah peter kabur, menerobos lubang pintu kebun, peter tak berani berhenti berlari. Sesampai di rumah peter demam, tak bisa ikut pesta susu dan buah ara. Ibu kelinci tak marah, memasakkan bubur, mengantar peter tidur, memasangkan selimut. Gambar dan warna selimutnya terasa selalu hangat.
Betapa ingin mengulang kalimatkalimat kecil, ketika baru belajar membaca. tanpa prasangka, mengingat kata demi kata, tak paham makna. Menatap gambargambar berwarna penuh takjub, menunggu tikustikus datang memungut ceceran beras merah di lantai dapur*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar