Selasa, 22 Februari 2011

sari

Seharusnya aku tahu, sejak mengenalmu, aku kehilangan diriku.  Berjalan di antara pohonpohon yang rantingnya mahir menulis puisi, daundaunnya tak henti menari, memercikkan sisa malam lembab di kuncup bungabunga. Pagi tak pernah terbit selain di lenganmu, aku menunggu, bersujud, tahajud, merajut udara beraroma  syairsyair cinta.

Kau seharusnya berkata, berniat membunuh semua yang bukan tentangmu di tubuhku. Hingga tak ada daging, tak ada tulang dan organorgan tubuhku tersisa. Tinggal sesuatu yang tak bisa menjadi bayang di bawah cahaya, sesuatu yang tak kutahu, sesuatu yang seutuhnya penuh. Menjadi sesuatu, kau satusatunya bisa menyentuh.

Waktu seharusnya berjalan mengantarku bertemu, kau arahku. Segenap batang pohon telah kusayat, namamu tumbuh di tiap kerat, menjadi bukan dunia. Selimutselimut tua mengoyak dadanya, tak ada aku di sana, tak ada kau. Menjelma syair dan kisah untuk dibaca bungabunga, agar menjadi buah santapan para dewa. Bijinya kambali jatuh, menembus bumi, tumbuh kembali*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar