Selasa, 22 Februari 2011

catatan biasa

Harihari biasa, pagi hari, siang hari, sore dan malam yang biasa. Kalaupun ada purnama, bintang, juga senja atau fajar yang indah itu juga biasa. Aku tak tahu kenapa semuanya serba biasa saja. Oh, tentu karena manusia itu sangat biasa. Presiden juga manusia biasa, jadi kupikir biasa saja kalau mengeluh ingin naik gaji. Biasa pula orangorang yang menganggap semua hal luar biasa. Hanya masalah memandang, mendengar dan merasa dengan cara yang berbeda. Berbeda itu juga biasa. Kalau semua hal sudah jadi biasa, lamalama jadi terbiasa, jadi kebiasaan. Mati gaya.

Tragis sekali, di tahun 2011, setahun menjelang 2012 yang diramalkan bakal luar biasa, aku sempat merasa hidup terlalu biasa, mungkin aku mati rasa. Mati gaya, mati rasa, mati aja deh. Begitu mungkin yang dipikirkan orangorang luar biasa sesaat sebelum terjun dari ketinggian sampai meremukkan tubuhnya. Bahkan itu juga biasa. Perempuan yang terbunuh di kamar motel, lelaki muda yang menggantung diri, anakanak yang mati karena gigitan nyamuk atau serangan bakteri penyebab diare juga biasa. Bahkan kabar tentang kedatangan mahluk luar angkasa juga tak lagi istimewa. Biasa saja, ya Tuhan, apa kau juga sudah jadi begitu biasa, sampaisampai tak mampu lagi memberi rasa, selain biasa.

Aku mengacakngacak peti tua, menemukan bukubuku lama, semua kata ditulis dengan cara berbeda, ‘guci’ tertulis ‘goetji’, ‘yang’ ditulis ‘jang’, sepertinya sedikit tidak biasa, tapi kenapa kubaca saja dengan biasa, tak ada kejutan, tak ada ketakjuban. Buku yang biasa, dan kata ‘biasa’ ditulis tanpa perubahan dalam bukubuku yang kemudian kurasa tak sedikitpun istimewa. Siapa yang salah, tak ada, mengerikan sekali semua hal biasa yang mengepung benakku.

Aku berbaring, menatap langitlangit kamar, putih berpola kotakkotak, lampu yang menyala, tak ada apaapa, tak ada cicak, tak ada laron. Janganjangan mereka sudah bosan pada langitlangit kamarku, seperti aku, tak ada di sana, tak ada siapasiapa. Redup, sayup. Kuputuskan membasuh wajahku. Kemudian duduk di depan layar komputer yang biasa, menggerakkan jamariku seperti biasanya, dan kalimatkalimat berdatangan di depan mata, tersusun dari hurufhuruf yang dikirim jarijari tanganku ke dalam komputer. Maka begitulah catatan ini kutulis dengan cara yang biasa. Aku manusia biasa, menuslis dengan cara biasa, dan inilah hasilnya, sebuah catatan yang biasa.

Ahh…akhirnya kupikir ada yang menarik, akan kuhitung ada berapa kata ‘biasa’ dalam catatan ini, semoga orangorang yang membaca catatan ini juga sempat menghitung ada berapa banyak katakata ‘biasa’ kutuliskan di sini. Aku menduga atau berharap masingmasing orang akan punya hasil hitungan berbeda. Harapan yang entah darimana datangnya, terlintas begitu saja. Aku juga berharap bahwa hitunganku akan berbeda jika kuulangi menghitung lebih dari sekali. Haha…itu bisa membuatku sedikit muak dan pening, macam arak. Ya, arak, sedikit lebih keras dari biasanya kucoba untuk kembali tertawa, tawa yang semoga tak akan terdengar biasa.

‘Langit dan bumi itu tidak manusiawi, memperlakukan alam seperti boneka anjing’ ; benar sekali*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar