Selasa, 22 Februari 2011

di balik udara

Sejak kapan malam bernama malam, aku bertanya kepada malam. Kumulai menuliskan malam dengan kata malam. Mencari musik untuk dijadikan teman, lalu mencoba terbang. Sederhana, sepenggal malam selalu sederhana, seperti jalanjalan gelap terkesiap oleh langkah kaki, teriakanteriakan, lengkingan klakson, derit roda dan cengkeraman rem kendaraan. Seolah tertegun, mengunjungi sebuah kejutan kecil, sebentar dan kembali lagi kepada gelap yang terhampar.

Malam diam, memandangku dengan bola matanya yang pekat. Tangannya seolah terentang lebar, menanti tubuhku. Tapi aku tak bisa rebah, harus terus berdiri, sebisanya makin tinggi dari hari ke hari, berharap melihat seseorang yang mungkin sedang mencari, atau mungkin aku sedang mencari seseorang yang tak pernah kutemui. Malam tak peduli, hanya diam, merentangkan tangan.

“Malam membuat segalanya hitam putih.”

“Ya. Hitam putih.”

“Bayangbayang menari di dinding.”

“Ya. Menari.”

“Seperti api. Tak pernah berhenti menari.”

“Ya. Seperti api.”

Seseorang sedang membaca puisi, seseorang yang selalu bersembunyi di balik udara. Seseorang yang mengerti, jika kutemukan ia nanti, aku akan merajuk dan membenci udara selamanya. Takkan kuijinkan lagi udara memasuki rongga dada, mengalir dalam darah, membuat malam datang dan pergi melewati tubuhku. Aku akan beku.

Malam pasti sengaja diam, merentangkan tangan lebarlebar, agar aku lupa jalan pulang. Lupa seseorang pernah datang, lupa warnawarna cahaya, lupa bau tanah dan rumput basah. Malam tak ingin merasa siasia, aku purapura lupa segala yang diamdiam disembunyikan malam di balik udara.

Aku terus berdiri mengacuhkan tangan malam. Menulis di dinding, tentang seseorang yang memandang dari balik udara, menyalakan kembang api, melesat ke atas, kucoba menangkap kerlip yang berjatuhan, tak lagi peduli, tak lagi bertanya tentang malam. Malam dan udara mungkin sepakat membuatku lengah, atau buta, agar seseorang terus bersembunyi di balik udara. Bayangbayang menari di dinding, tak pernah berhenti, seperti api, api warnawarni*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar