Malam ini kucoba berbincang dengan secangkir teh. Kebetulan saja secangkir teh sedang berada di mejaku, dan aku sedang ingin berbasabasi. Cangkir teh diam saja, juga cairan bening kecoklatan di dalamnya, bukan seolah tak mendengar hasratku, cangkir teh dan teh memang tak mendengar, juga tak bicara. Padahal bibirku dan secangkir teh sempat berkalikali saling menyentuh. Kurasakan jelas lembut pinggiran cangkir di bibirku, hangat dan manis telah menggenangi rongga mulut, memenuhi lidah dengan rasa sedap. Nyaman, namun diam.
Secangkir teh memberiku rasa hangat, manis, nyaman, yang berarti tak bicara, diam. Betapa tegarnya diam, batapa manis dan hangat, serupa ciuman, haha...kuharap secangkir teh ikut tertawa. Tapi secangkir teh tetap diam, membuatku merasa sendirian. Padahal aku memang sendirian, tapi secangkir teh punya banyak cerita, perjalanan dari ruang dan waktu yang tak pernah dilalui manusia manapun. Aku tak tahu bagaimana cairan bening kecoklatan itu bisa tahan menyimpan semua kisahnya, hanya menemuiku dengan rasa hangat dan manis.
Kalau kuucapkan terima kasihpun, kurasa siasia belaka, cangkir dan teh hangat tak akan pernah peduli. Secangkir teh berkeras diam di atas meja, seolah aku bukan apaapa*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar