Selasa, 22 Februari 2011

debu rindu

Angkasa biasa, langit malam, bintang, bulan, tak istimewa sedikitpun. Di sini ada jantung, sembunyi, tersenyum malu di balik baju hangatku, berdetak merah abadi sepanjang hari. Untukmu, yang lebih kelam dari malam, lebih bersinar dari seluruh gemintang, lebih utuh dari segenap purnama.

Jangan suruh aku tengadah menatap angkasa, jika kau tak sedang mewarnai pelangi di sana. Aku lebih senang menundukkan kepala, menatap debu, kau tak pernah lupa menyuruh angin mengantarkan jejak rindu di tiap langkahmu*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar