Selasa, 22 Februari 2011

perang lidah

Di tanganku, katakata menjelma pedang. Katakatanyapun demikian. Kami mengasah pedang setajam malam, saling menikam. Perang paling kejam, luka terpahat di sekujur tubuh, dari bumi sampai ke langit. Darah berjatuhan di atas peta, menandai setiap kota di mana kita pernah singgah.

Pedang tak ingin perang berakhir, sampai darah mengering sepanjang jalan menuju neraka : rumah kita*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar