Menuliskanmu setara memahat luka di lenganku, teramat manis kuhirup, darahmu. Kau belati, cepatlah memutus nadi. Saatnya berkemas, wajah bulan tak sabar. Aku jengah, tengadah. Awan emas, mendung madu menunggu sengat cahaya.
Esok pagi di tamanmu, seribu kupukupu rebah kekenyangan, dekat pecahan bulan*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar