“Kau seperti kurang kerjaan saja, menuliskan banyak kata untuk menjelaskan entah apa. Kalimatkalimatmu memburamkan makna. Mengacaukan bahasa, merusak logika. Kau sebenarnya tergilagila pada siapa, bendabenda langit itu, laut, puncak gunung ? Lalu kenapa matamu tak berkedip menatapku. Lehermu sakit karena terlalu lama menundukkan kepala, matamu basah, perih terlalu lama menatap jidatku ? Kenapa diam, sekarang kuberikan seluruh waktuku untukmu, katakan semua yang sudah kautuliskan itu sebenarnya apa ?”
“Hmm…”
“Hanya itu ?” Airmataku mengalir deras, tak tertahan.
“Maafkan aku, maafkan aku, membuatmu sedih…”
“Aku bahagia, aku malah sangat bahagia…” Kucoba bicara tanpa menelan ingus dan airmata.
Wajahmu jauh lebih manis dibanding kelinci manapun. Aku sangat suka, jatuh hati berkalikali dalam sedetik. “Hanya untuk katakan ‘Hmm…’ padaku kau mau bersusah payah menuliskan segitu banyak kalimatkalimat gila…”
“Hmm…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar