Kepala boneka tergantung di bawah becak. Berayun seirama angin berhembus, seperti senyum, atau majenun. Kudengar celotehnya di perempatan jalan, lampu merah, lempu marah, katanya. Aku heran, kenapa kaki penumpang becak tak mengajaknya bercakap. Kepala boneka menengok, mataku mendadak sayup, senyumnya terlihat redup, dekil, melukis teriakan parau bocah perempuan ketika menemukan bonekanya tanpa kepala. Bapak jahat, bapak jahat, teriaknya menggema di tiang lampu.
Ayolah nak tak apaapa, kepala boneka juga ingin keliling kota*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar