Jumat, 26 November 2010

cantik

Jika memang harus luka, maka biar segenap nanah dan darah mengalir deras, agar tak membengkak pembuluh darahmu, serupa jantungku membendung rindu. Menjerit akan buat kau merasa lega, sedang hanya rintih yang mampu terbisik disudut bibirku. Jangan tanyakan alasan untuk sebuah kerelaan, jika tak pernah terbayang dibenakmu sebuah jurang yang pisahkan hasrat sepasang domba. Juga tentang perjumpaan, jangan ragukan sahnya hati terpikat pada sosok kabur dalam jarak pandang namun menyatu dalam derakderak ranting patah tiap kali angan menyatukan sajak. Ya, kau tentu tak paham bahwa setiap malam diciptakan bagi langit untuk dikoyak bintang. Hanya kerena cemburu matahari, diutusnya begitu banyak teman kepercayaan untuk mengawasi bumi, kawatir bulan berhasil mencuri sebuah kecup dari sayup nafas tubuhtubuh yang terbujur, entah mati atau tidur. Bukannya melantur, setiap kata yang terulur menggapaimu, walau selalu kau bilang, maaf , demi kesalahan yang sama berulang, tetap tak sedikitpun terbesit niat untuk obati luka, karena warnanya tampak begitu indah. Atau karena kau sekarang mulai mengerti bahwa hanya pada sebuah lubang perih akan ada jalan masuk ke dunia tanpa logika dimana cinta bertahta. Dan disanalah takkan pernah lagi kau tanya kenapa. Luka itu telah bicara, lihat seratserat urat pada daging tanpa kulit ini, cantik bukan, tak seperti kulit yang selalu kelabu oleh debu, dan mengerut oleh waktu. Pada luka, bisa kau lihat daging dan darah masih merah. Semerah bara dijantungku, bara yang membakar hasratmu, meledakkan rasa jadi serpih bintang dilangit malam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar