Sabtu, 20 November 2010

perih

Angin bertiup tajam
memisahkan reranting dan dedaunan
diamku berharap; tak ada sehelai daunpun menyesal karena belum sempat katakan selamat tinggal dengan mesra pada rantingnya
hatiku bertanya; kehilangan atau kebebasankah, yang kini dirasa reranting setelah tak ada daundaun yang mesti digenggam erat setiap saat
mataku melihat; hanya hampa
mati rasa; angin merebut semua rasa,
semoga diterbangkan kearahnya

Angin bertiup semakin gemuruh
"kelopakkelopak bungamukah ini, yang menghambur dirambutku"

Sebutir pasir menusuk mata, menderas bulirbulir air dipipi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar