Tentu kau tak pernah tau. Tak tau betapa ku ingin kau baca semua kata yang tertera di lembar-lembar yang tak pernah tersiar, lembar-lembar yang begitu lara lantak oleh bara. Bara kuning, bara merah, bara jingga, bara biru. Unggunan hangat yang menari liar membakar setiap asa yang tertumpah di bait-bait pahit kisah-kisah rahasia masa.
Tentang gairah tangan menghias angan, hanya berselisih detik, segera berganti hasrat jari menjentik pemantik, menyulut nyala demi terhapus jejak langkah,juga luka.
Sejenak kemudian, datang sesal atas tiap kalimat yang menjelma api dan asap.
Aku mulai ragu adakah kau di udara menangkap setiap gumpal kelabu syahdu doa-doaku. Kembali ku sembunyi dalam lubang hati. Hati resah, hati pasrah, hati pinta, hati cinta. Bagaimana seluruh titik-titik cahayamu bisa terengkuh tanpa jenuh, sedang ruangku semakin penuh gaduh. Runtuh dinding rapuh cinta oleh nista, keruhkan segala warna. Warna hitam, warna putih, warna biru, warna ungu. Warna-warna yang tak terjemah pada wajahmu yang belum terjamah.
Sekarang ingin kubaca lagi semua jejak itu, kuhayati satu persatu dalam kearifan waktu, mungkin bisa kurangkai kembali tiap serpihan debu abu sisa-sisa sunyiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar