Jumat, 26 November 2010

tentang

Pagi menelan bintang dalam terang, mungkinkah mimpi terukir kembali di pasir pantai dimana kakimu langkahi jejak sunyiku. Bukankah harus kujaga ruang kosong dibenak demi sempurna kudengar tiap bunyi dan gema suaramu

tentang cahaya senyuman
tentang hangat dekapan
tentang perih tikaman

takkan kupertanyakan apapun; agar kau boleh selalu singgah di beranda rumahku
berbagi sigaret dan secangkir kopi, dan lihat; jejak asap itu buruburu berhambur ke arah langit membawa ingatan nafasmu pada nikmat tiap hela dan hembus udara, hilang tertiup harum bungamu dan aroma musim hujanku

biar saja semua bentuk mengutuk rasa ; percaya pada tulusnya dosa ; demi rindu, ingin kubaca setumpuk catatan berdebu disudut ruangmu, satupersatu, sebelum habis waktu; sebelum pahit empedu di lidahmu menyita manis katakata di ujung jarimu.

lalu; kita mejelma serangga saja, agar sebutir gula senilai permata
bisakah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar