Ini kisah sebuah koin emas ;
Aku adalah sekeping koin emas, sejak awal keberadaanku aku adalah milik seorang tuan yang kaya raya. Bersama ribuan koinkoin lain aku disimpan dalam sebuah peti terkunci, gelap dan pengap. Hanya sekali waktu aku bisa melihat cahaya, ketika tangan tuanku menghitungku dengan gelisah. Aku disusun pada tumpukan koinkoin emas yang lain dengan rasa resah. Aku tak pernah tau apa yang membuat tuanku cemas, namun aku selalu bisa rasakan gundahnya. Sejenak kemudian aku ditaruh kembali ke dalam peti, hanya kebosanan dan kejenuhan dalam sesaknya ruang yang temaniku sepanjang waktu. Bahkan lebih buruk, aku harus terusmenerus mendengar celoteh temantemanku yang angkuh dan congkak, koinkoin emas lain yang juga terkurung dalam peti yang sama. Sesama koin emas yang bawel, saling mengejek dan merasa bahwa warnanya lebih berkilau daripada yang lain, kadang juga keluhankeluhan dan cerita suram tentang pengalaman mereka bersama tuantuan kaya lain yang menyeramkan. Begitulah harihariku berlalu dengan muram, nyaris tanpa cerahnya cahaya.
Koin perunggu punya kisah berbeda ;
Aku adalah sekeping koin perunggu yang sering tak tau di mana keberadaanku, begitu cepat segala berubah dalam hidupku, terlalu banyak kisahkisah. Harihariku tak pernah sama, selalu berganti cerita dalam sekejap. Suatu ketika tibatiba aku terlempar ke dalam sebuah mangkok di hadapan seorang pemain biola. Sejak saat itu, sepanjang waktu aku bisa dengarkan suara musik indah yang mengalun dari biola. Kemudian kusadari ternyata aku berada di sebuah taman, banyak orang lalu lalang, beberapa dari mereka sempatkan berhenti sejenak tuk ikut dengarkan suarasuara merdu yang juga kudengar.Lalu mereka lemparkan koinkoin yang lain ke dalam mangkok, beraneka jenis, yang kini jadi temanku, kami bertukar cerita sambil bersamasama nikmati musik, sinar mentari dan sejuknya angin. Tak terasa siang cepat berlalu, ketika senja makin gelap, pemain biola mengambil mangkoknya, duduk di bangku taman dan menghitung semua koin yang terkumpul sambil bersenandung. Bisa ku rasakan hatinya penuh gembira dan syukur atas keberadaan kami koinkoinnya. Tangannya terasa hangat saat memasukkan kami dalam sebujah kantong kain yang lembut, yang di genggamnya dengan rasa sayang selama perjalanan pulang..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar