Tentang hidup, mati, cinta, apalagi kau
Senja ini baru ku mengerti betapa muak katakataku
Saat gemerisik sayapsayap laron terkibas menguak dinding kayu
Membubung bagai asap dupa sarat doa
Bulat tekad menerjang terang
Sedangkan aku masih sembunyikan wajah di balik buku
Menekuni kalimatkalimat tentang hakekat dan harkat yang terlalu sarat
Mencoba pahami makna sebuah nyali sebelum hikmad berkata amin
Akal budi mengundi jajal dan bebal silih berganti
Laronlaron mengerubung bingung
Takjubkah pada panjang pikirku
Mungkin geli pada pilin ragu hatiku
Lalu acuh tak butuh bijak ajaran bukubukuku
Mengapa laronlaron tak pernah bicara tentang makna
Yang lambat ku eja tiada jera
Tentang hidup, mati, cinta, apalagi kau
Hanya terus dan terus terbang ke arah bara
Tak peduli terbakar, hanya rindu terang
`
Penakutnya aku bicara tentang hidup, mati, cinta, apalagi kau
Tak tau malu pada laronlaron yang terbang lurus menembus panas lampu
Pahami rapuh sayapsayapnya yang cuma sessat
Sebelum berserah pada pesona jiwa sempurna membakar raga
Sekelebat saja nikmat, sejurus lagi hangus teramat bagus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar