Ku tanya pada bunga kenapa kau mekar, bunga hanya diam
Ku tanya pada bunga untuk siapa kau mekar, bunga tetap diam
Makin lama diam bunga seakan kian mengusik fikirku, akhirnya aku tak tahan lagi,
Ku cibirkan bibir pada bunga, kulontarkan kalimat nyinyir; ”kau sih tak bisa berkatakata, bisamu Cuma membuka kelopak, tanpa tau sebab, tak tau alasan dan tak punya tujuan. Kau memang payah, Cuma mahluk indah tak berakal.”
Sekejap kemudian aku mendengar gema tawa membahana di angkasa
Mestinya angin sedang tertawakan bunga,
Mereka pasti riuh saling berbincang, bagaimana mungkin kerjakan sesuatu yang siasia;
Tumbuh, membuka kuncup, mekar, hingga layu dan kelopaknya gugur satu demi satu, tanpa pernah tau kenapa dan untuk siapa, apakah ada yang lebih menyedihkan dari kisah mekarnya sekuntum bunga; yah aku yakin itulah yang ditertawakan angin.
Sejenak kemudian tanah bergetar hebat, seluruh yang ada di atasnya tibatiba bergemuruh luruh dihempas sesuatu, begitu kuat menyeret segala, berputarputar dalam pendar liar
Aku terjatuh, lalu merasa terbang terbawa pusaran dahsyat ke arah entah, gelap dan kalap
Disela teriakanku dan segala kekacauan itu, kudengar bisikan lembut;
“aku mekar untukmu sayang, karena semenit yang lalu adalah terakhir kali kau bisa memandang setiap bunga yang mekar di atas bumi. Sesaat sebelum semua lenyap tanpa bekas diterjang gelora topan.”
Aku menangis dalam pelukan angin, pilu menyayat sekujur tubuh dan hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar