Subuh ini aku ingin bertemu denganmu yang bermata teduh
Rindu pada bisikan ranum dari bibirmu.
Ingatkah kau mawar yang kau tanam di bawah jendela kamarku?
Kau bilang waktu itu, kau ingin kupetik sendiri tiap kuntumnya yang mekar, jadikan pengikat sabar menanti angin membawa kabar darimu.
Yang terjadi kemudian mawarmu selalu mekar seiring liarnya anganku, duriduri merimbun pada tangkainya jadi penghalang bagi rinduku untuk memetiknya dengan jaritanganku. Aku mencoba menggunting setangkai mekarnya, jatuh ke tanah, kupungut hatihati, ku coba mengikatnya di pergelangan tanganku. Melingkar di pembuluh nadi, karena ku sangka ketidak sabaranku menantimu bergetar hebat di situ, tepat pada aliran darahku.
Taukah kau kemudian, bukan rindu yang mereda, malah jadi luka tertusuk duri. Darah mengalir menegaskan perih. Merah dan deras, pasrah terperas gelisah.
Adakah kau rasa semua?
Luka dan perih pada sekujur hati. Lelah tungkai berlari hindari bayangmu mengurung batas ruangku. Bernanah lengan pada luka sayat tiap duriduri ingkar membakar rasa.
Lalu hati mulai meleleh merah darah mengalir hingga sudut mata.
Kau tak ada
Kau dimana
Hanya mawar yang kautanam di bawah jendela kamarku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar