Luka itu mungkin cuma halusinasi yang kuciptakan demi puaskan rinduku yang perih.
Seandainya benar begitu, apa lagi yang pantas kau beri padaku.
Selain sebuah senyum mahfum bersama tepisan halus pada tanganku yang menggapai segelas lagi anggur,
Yang dengan rakus terus kureguk sambil berbisik naif di keningmu, “ini hanya untuk membasuh pedih..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar