Duh hening betapa beningmu menelanjangi renungku. Akan kukatakan saja risauku, bahwa aku sungguh tak berguna, cuma serupa ulat yang belum mampu menenun sutra. Hanya geliat rasa menyesah resah, aku makin dahaga dan lapar pada segala yang cair dan padat, zat yang berasal darimu, yang selalu milikmu. Begitu sakit tajam rindu menjagal akal, tak tertahan perih inginku menyerpih hati. Pahit lidahku mengecap kenangan aroma nafasmu. Akankah kau bebaskan aku sekarang dari belenggu rantai ruang dan waktu, yang halangi aku ada disana bersamamu mengeja nikmat bersama tiap tenggak air sucimu yang sepanas api neraka.
Duh Gusti betapa diammu memabukkan katakataku. Akan kulunaskan saja setiap hutanghutangku pada pencatat dosa dan pahala. Aku yang bahkan belum janin. Hanya sesuatu yang lebih kecil dari debu. Sel telur, meringkuk resah mananti saat jumpa. Terlalu tumpul usulmu untuk menunggu, terlalu panas tanak hanguskan bulirbulir rasa. Getir dadaku mengenang hangat sentuhmu. Maukah kau renggut aku sejenak dari penjara ahlak dan dogma, yang mengikat sebagian nurani yang kubenci, yang membuatku terpuruk ambruk dilantai bilikku yang kusam dan masam menolak rebahku dalam dekapan haram yang mengkristal beku suhu tubuh sebelum melepuh.
Duh rindu betapa kau birahikan aku yang setia menjagamu dengan zikir, litani, doa, bahkan mantra, tak lupa; ayatayat kamasutra, juga zarathustra. Aku yang lebih kumal dan telanjang dari kaum baul yang tak henti meneriakkan sajaksajak pujian di setiap kelok jalan. Hina, merana dalam pujapuja digumul asap dupa murahan, lebih menjijikkan dari segala jenis uap rebusan racun yang membubung dari periuk dukundukun cabul. Bebaskan aku dari rasa sesak yang mengoyak sajaksajak cinta picisan; cuma mengisahkan cemburu dan ragu pada lagulagu, sama sekali jauh dari merdu. Jenuh terbelenggu tubuh rapuh.
Duh kekasihku, aku tau betapa kau akan tersenyum maklum, sebelum sekali lagi mengulum gulagula coklat yang meleleh lembut di dinding mulut. Tak ada sekeratpun laknat tega kau ucap demi tiap katakata sesat yang tersirat dalam benak sebelum tercatat dalam tiap ayat dan surat yang dilafal para pemuja ‘halal’.
Kau datang sekarang bentangkan tangan,”tidurlah sayang, dalam pelukku yang akan hapuskan muakmu pada detak jantungmu yang kau sangka berulah salah. Aku akan selimuti kau dengan jubahku yang tercabik di lereng kalvari. Kau hanya mengantuk hingga begitu suntuk lalu terantuk batu yang diletakkan sembarangan oleh sahabatku musa di jalanmu. Tak mengapa pejamkan saja mata, maka semua akan terlihat sempurna”.
Ahh..andai aku tau sejak semula..
Cintaku masih menggumpal padat, hanya untukkmu yang kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar