Sabtu, 20 November 2010

masih

Jangan pernah katakan ada yang siasia untuk semua yang pernah kita bagi. Semua cerita sederhana tentang angin dan daundaun kering. Selama belum bisa aku jadi seikhlas angin dan kau sepasrah daundaun kering. Atau mungkin pula sebaliknya, kau jadi angin yang perkasa, dan akulah bunga dandeline yang resah, berdebar tak tertahan saat kau bawa terbang.
Jangan pernah sesali musimmusim yang pernah membuat kita jadi begitu intim. Setiap kali kau serupa rinai kemilau yang merintik di hujanku, dan aku berseri seperti melati yang berteduh di bawah gerimismu. Atau ketika aku merasa jadi badai yang tergoda ingin merundukkanmu yang teratai.
Jangan pernah lupakan, tak ada sedikitpun aku gentar pada guntur mengelegar yang kauciptakan sebelum aku yang menjelma awan luruh meneteskan hujan. Tak ada sebuah malammu yang akan terabaikan saat ku jadi bintang. Takkan terlewatkan sebuah pagipun tanpa menyambutmu saat kau hadir layaknya matahari.

Andaipun tak pantas lagi aku jadi juwita dalam puji rayumu, atau tak cukup jelita lagi aku sebagai bunga mawarmu, takkan pernah aku merasa siasia. Takkan pernah ku nikmati satu masapun tanpa kau ada. Takkan pernah ku lupa betapa kau pernah jadikan aku serasa lebih indah dari semua keindahan yang mungkin bisa dibiaskan warnawarni pelangi dihampar biru langit, sehabis kau curahkan hujan sekejap penyejuk gerahku, sebelum kembali kau jadi matahari di ujung malamku.

Kau akan selalu matahari yang terbit menghalau petang
Aku masih selalu bintang yang terbenam menghanyut terang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar