Sekarang aku makin tau, betapa kau pengecut. Purapura tak kau dengar tantanganku, padahal sangat lantang, berharap kau datang. Dengan parang tajam tikam beku jantungku yang sakau.
Atau mungkin kau sakarang terlalu sibuk, banyak kerjaan, begitu banyak bencana, celaka, pun petaka. Dan kau sungguh kampungan, hanya pada mereka para pecinta dan pemintaminta, kau berani mendekat, cuma untuk ledakkan keakuanmu ditiap tolakan beri sepakat tentang jalan pulang.
Ayatayat yasin dan tahlil mendengung iringi langkahmu
Mereka menangisi kedatanganmu
Aku mencaci keacuhanmu
Dia tersenyum untuk seekor buaya yang menelan anaknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar