by Dian Aza on Friday, April 15, 2011 at 2:58pm
Semua berawal dari nama. Aku ada untuk diberi nama. Itu yang pertama diberikan manusia atau dunia, atau apapun juga yang menyediakan nama itu untukku. Bahkan mungkin sebelum ada aku, nama itu telah tersedia untukku, menunggu aku meluncur dan tiba di ujung lorong, persis di depan sebuah awal, saat terang menyergap, nama itu menangkapku, mengurungku dalam sesuatu yang tak kutahu, tak berwujud. Tak mungkin membebaskan diriku dari kurungan yang tak terlihat, malangnya yang tak terlihat itu bisa mengurungku begitu mudah dan mungkin selamanya.
Aku tak akan bicara cinta siang ini, dengan bibir terbelah, semua kata akan terdengar salah. Aku tak bisa lagi menyebut namaku dengan benar, namanama orang yang ada dalam ingatanku, namamu, nama desa di mana aku dilahirkan, nama kecamatan, nama propinsi dan nama negara di mana aku dibesarkan dengan namaku yang sudah tak bisa kukata. Aku kehilangan nama, apa itu artinya aku bukan lagi tawanan sebuah kata.
Apakah namaku terlalu sulit dieja, tak bisa diucap dan diingat dengan jelas, ataukah nama itu menakutkan bagi mereka. Mereka takut namaku akan mengikat mereka seperti namaku mengikatku, bukan di tiang gantungan atau di tengah jalan untuk dirajam, namaku mengikatku pada pojok kamar tidur masa kanakkanakku. Ketika itu aku belum peduli pada namaku, sedikitpun, tak terpikir untuk mencari tahu ke jalanjalan mana saja nama itu akan kubawa atau membawaku*
Aku tak akan bicara cinta siang ini, dengan bibir terbelah, semua kata akan terdengar salah. Aku tak bisa lagi menyebut namaku dengan benar, namanama orang yang ada dalam ingatanku, namamu, nama desa di mana aku dilahirkan, nama kecamatan, nama propinsi dan nama negara di mana aku dibesarkan dengan namaku yang sudah tak bisa kukata. Aku kehilangan nama, apa itu artinya aku bukan lagi tawanan sebuah kata.
Apakah namaku terlalu sulit dieja, tak bisa diucap dan diingat dengan jelas, ataukah nama itu menakutkan bagi mereka. Mereka takut namaku akan mengikat mereka seperti namaku mengikatku, bukan di tiang gantungan atau di tengah jalan untuk dirajam, namaku mengikatku pada pojok kamar tidur masa kanakkanakku. Ketika itu aku belum peduli pada namaku, sedikitpun, tak terpikir untuk mencari tahu ke jalanjalan mana saja nama itu akan kubawa atau membawaku*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar