by Dian Aza on Friday, May 13, 2011 at 7:36am
Jika aku ada di sana siang itu, tentu aku akan ikut berpesta pora. Mungkin menuangkan minyak tanah yang waktu itu konon jauh lebih murah harganya dibanding bensin, atau sekedar meludahkan puntung rokokku yang masih menyala, ke salah satu bunga api yang sedang tumbuh dan menarinari liar. Lama sekali kuinginkan sebuah kemeriahan yang murni untukku dan kaumku sendiri. Dari, oleh dan untuk kami, rasanya pernah kubaca susunan kata itu, entah di mana, tak penting pula. Selama ini semua perayaan adalah dari mereka, oleh mereka dan untuk mereka, mereka cuma menjadikan kami hiasan yang mungkin bisa memikat matamata lain yang sama dengan mereka, hiasan, macam balon warnawarni, atau pitapita kertas yang direntangkan untuk kemudian diletuskan, dirobek, ditarik, diseretseret atau malah digunting dan dilepaskan ke angkasa sebagai lambanglambang indah dan mulia. Bah !
Bisakah mereka merelakan sehari saja untukku dan kaumku berpesta lepas, sementara tak terhitung hari lain mereka bisa berpesta sekehendak hati. Tidak kan. Sudah kuduga. Sehari pesta kami akan selalu dikenang sepanjang sejarah dengan kebencian. Kami memang kebencian. Lahir dan tumbuh dari kebencian untuk melahirkan dan menumbuhkan kebencian. Semua kebenaran sudah mereka habiskan tanpa sisa, cuma puing ini yang kami punya, basabasi.
Coba lihat betapa kasar caraku, kata mereka, betapa tak tahu membalas budi, betapa bebal dan dungu. Baiklah, aku akan belajar berkatakata dengan lembut, kalau kalian mau membantu.
Ucapkan saja selamat berpesta pada kami, dengan setulus hati, relakan semua yang selalu kalian bilang hanya titipan untuk kami nikmati sehari saja. Malam nanti kalian toh sudah akan aman berada dalam ruang indah dengan pengatur suhu yang bekerja sempurna, makan malam seharga berapapun masih bisa disantap. Jika ada yang hilang, itu adalah hal biasa. Kematian kalian akan dikenang hormat. Kami lebih sering menikmatinya, kehilangankehilangan yang harus segera dilupakan, kematiankematian yang mesti segera dikuburkan tanpa penghormatan dan kenangan.
Ini sudah cukup menyakitkan kan. Tak perlu lebih rinci lagi. Akan lebih mempermalukan kalian dan lebih merendahkan kami. Kami, seperti juga kalian masih ada hingga hari ini, melakukan halhal yang sama harum dan busuk seperti di masa lalu. Kalian boleh mengatakan semua kebenaran, biar kami yang mencatat semua kesalahan. Dan hujan akan menghanyutkan segalanya, tanah menguburkan. Kadangkadang aku hanya sungguhsungguh ingin berbicara dengan abu dan puingpuing*
Bisakah mereka merelakan sehari saja untukku dan kaumku berpesta lepas, sementara tak terhitung hari lain mereka bisa berpesta sekehendak hati. Tidak kan. Sudah kuduga. Sehari pesta kami akan selalu dikenang sepanjang sejarah dengan kebencian. Kami memang kebencian. Lahir dan tumbuh dari kebencian untuk melahirkan dan menumbuhkan kebencian. Semua kebenaran sudah mereka habiskan tanpa sisa, cuma puing ini yang kami punya, basabasi.
Coba lihat betapa kasar caraku, kata mereka, betapa tak tahu membalas budi, betapa bebal dan dungu. Baiklah, aku akan belajar berkatakata dengan lembut, kalau kalian mau membantu.
Ucapkan saja selamat berpesta pada kami, dengan setulus hati, relakan semua yang selalu kalian bilang hanya titipan untuk kami nikmati sehari saja. Malam nanti kalian toh sudah akan aman berada dalam ruang indah dengan pengatur suhu yang bekerja sempurna, makan malam seharga berapapun masih bisa disantap. Jika ada yang hilang, itu adalah hal biasa. Kematian kalian akan dikenang hormat. Kami lebih sering menikmatinya, kehilangankehilangan yang harus segera dilupakan, kematiankematian yang mesti segera dikuburkan tanpa penghormatan dan kenangan.
Ini sudah cukup menyakitkan kan. Tak perlu lebih rinci lagi. Akan lebih mempermalukan kalian dan lebih merendahkan kami. Kami, seperti juga kalian masih ada hingga hari ini, melakukan halhal yang sama harum dan busuk seperti di masa lalu. Kalian boleh mengatakan semua kebenaran, biar kami yang mencatat semua kesalahan. Dan hujan akan menghanyutkan segalanya, tanah menguburkan. Kadangkadang aku hanya sungguhsungguh ingin berbicara dengan abu dan puingpuing*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar