Rabu, 29 Juni 2011

sajak berantakan

by Dian Aza on Thursday, June 2, 2011 at 4:23pm
Coba kauberitahu bagaimana aku bisa menuliskan puisi dengan sungguh hati sementara kau selalu menggangguku. Salahkah kalau kubilang ini salahmu, hingga aku tak bisa bikin tulisan bagus lagi. Kau tak pernah letih mengusikku dari semua arah dan sudut, tersenyum, mengedipkan mata, mengulurkan tangan mengajak berdansa, tertawa, menjulurkan lidah, berlari agar kukejar. Kalaupun kau duduk atau berbaring sejenak suaramu yang meruntuhkanku. Membuyarkan setiap kalimat yang nyaris kususun indah, berantakan semua diksi dan metafora yang sudah siap kujadikan sajak.

“Haaa…apa kau bilang ?”

“Yang mana ?”

“Yang kaukatakan belakangan.”

“Kau bikin semua berantakan.”

“Bukan, yang kata katanya tak biasa.”

“Ahh…”

“Katakan lagi, ingin kudengar.”

“Mau kaujadikan bahan ejekan…”

“Haa…Tidaklah, hanya ingin dengar kau mengucapkan kata bermakna.”

Tentu saja kau langsung berlari menjauh dengan mata nakalmu yang baru saja kupelototi. Aku harus mengejarmu, memukul punggungmu atau mencubit lenganmu. Jadi kau sekarang mengerti kenapa aku jadi sulit sekali menulis puisi. Kau sangat jahil, curang dan mahir merampas seluruh kehendakku, seluruhnya hanya tertuju padamu.

“Memangnya sajak bisa menuliskan lebih panas dan pedas dari pukulan atau cubitan.”

“Tidak, sajak tak bermakna, kalau ciuman…”

“Haaa…”

Biar sebentar lagi jadi tambah berantakan*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar