by Dian Aza on Friday, May 20, 2011 at 10:28pm
Burung burung tentu ingin membuat sarang di rambutmu hutan lindung tumbuh memenuhi bantalku, bau lembab cuaca, lingkaran tahun pada batang batang pohon menyimpan resah.Tak layak bertanya jika tak paham. Tak pantas menceritakan muara pada mata air, akhir tentu telah memahami awalnya sendiri. Aku hanya tinggal bersandar pada dahan menatap daun daun berguguran menghampiri tanah yang menumbuhkan.
Kepalamu selalu penuh lagu, beralih ketukan nada mengalun tanpa jeda hingga burung burung betah bersarang di sana.
Bisa kupunguti bulu ekor burung yang rontok ketika mereka saling bercanda tentang rumah, telur telur menetas, belajar terbang. Kuikat erat tanpa terjerat. Tersesat hanya sebentar di belantara yang tak pernah mempermasalahkan arah, teduh ke manapun menghadap. Semusim kemudian aku sudah punya kipas, bisa menggerakkan udara mengusir gerah dari dadamu yang melapangkan*
Kepalamu selalu penuh lagu, beralih ketukan nada mengalun tanpa jeda hingga burung burung betah bersarang di sana.
Bisa kupunguti bulu ekor burung yang rontok ketika mereka saling bercanda tentang rumah, telur telur menetas, belajar terbang. Kuikat erat tanpa terjerat. Tersesat hanya sebentar di belantara yang tak pernah mempermasalahkan arah, teduh ke manapun menghadap. Semusim kemudian aku sudah punya kipas, bisa menggerakkan udara mengusir gerah dari dadamu yang melapangkan*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar