by Dian Aza on Tuesday, May 3, 2011 at 1:03am
Pembunuh mewariskan pembunuh di hari kematiannya, mungkin lebih dari satu. Tanah selalu murah hati pada butirbutir beras yang rela disabit, ditampi, dikubur sebagai benih, kelak tumbuh sebatang padi berisi berbutirbutir beras, menunduk, seperti mengirim salam hormat pada tanah. Jika punya cadangan nyawa mungkin pembunuh juga mau menundukkan kepala atau tubuh sejenak ke arah tanah, membaca jejak darah, retak tulang.
Tanah tak mengesankan siapasiapa, padipadi berisi padat dan rantingranting berbuah lebat menunduk ke bawah, tanpa niat, tiada kehendak, tiada kesadaran, ternyata hanya keberatan menopang cadangan makanan. Umbiumbian menyembunyikan hartanya di balik tanah berdiri tegak tanpa beban. Bukan masalah tanah.
Tanah tak memihak siapasiapa, siap menerima jasad pembunuh yang terbunuh pembunuh warisan kematian pembunuh di masa lalu. Tanah tak menuduh, tapi sungguh, pembunuh mewariskan pembunuh dari semua darah yang tumpah menggenangi tanah, tanah tak bernama, tanah dimanamana*
Tanah tak mengesankan siapasiapa, padipadi berisi padat dan rantingranting berbuah lebat menunduk ke bawah, tanpa niat, tiada kehendak, tiada kesadaran, ternyata hanya keberatan menopang cadangan makanan. Umbiumbian menyembunyikan hartanya di balik tanah berdiri tegak tanpa beban. Bukan masalah tanah.
Tanah tak memihak siapasiapa, siap menerima jasad pembunuh yang terbunuh pembunuh warisan kematian pembunuh di masa lalu. Tanah tak menuduh, tapi sungguh, pembunuh mewariskan pembunuh dari semua darah yang tumpah menggenangi tanah, tanah tak bernama, tanah dimanamana*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar