by Dian Aza on Wednesday, June 15, 2011 at 11:36pm
Dia bertanya pada kehilangan bagaimana cara melupakan.
Kehilangan balas bertanya,"Siapa yang ingin kaulupakan."
"Kau," dia sigap menjawab,"Selain kau siapa lagi yang sanggup membunuh ingatan."
Kehilangan mencoba mengingat jurus maut yang dipakainya menikam bayangan. Cukup lama, hanya ada hening dan desir angin. Dengan suara pilu, kehilangan akhirnya berkata,"Maaf, aku tak ingat apapun ketika itu sudah tak terhitung berapa gelas arak kutenggak."
Dia menunduk lesu menatap gelasnya yang kosong sejenak, tangan kanannya bergerak mengangkat gelas, mengulurkan gelas kosong ke tangan kiri yang menggenggam botol.
Senapan angin diam di dekat lengan kanannya, sedikit di sebelah kanannya lagi delapan ekor bangau seperti menelan mimpi menikmati cacing, paruhnya setengah terbuka, sayapnya lunglai.
Kehilangan tersenyum tanpa terlihat, kepalanya dan delapan ekor kepala bangau sama sama terkulai. Mata angin mengerjap dikepung debu dari semua penjuru*
Kehilangan balas bertanya,"Siapa yang ingin kaulupakan."
"Kau," dia sigap menjawab,"Selain kau siapa lagi yang sanggup membunuh ingatan."
Kehilangan mencoba mengingat jurus maut yang dipakainya menikam bayangan. Cukup lama, hanya ada hening dan desir angin. Dengan suara pilu, kehilangan akhirnya berkata,"Maaf, aku tak ingat apapun ketika itu sudah tak terhitung berapa gelas arak kutenggak."
Dia menunduk lesu menatap gelasnya yang kosong sejenak, tangan kanannya bergerak mengangkat gelas, mengulurkan gelas kosong ke tangan kiri yang menggenggam botol.
Senapan angin diam di dekat lengan kanannya, sedikit di sebelah kanannya lagi delapan ekor bangau seperti menelan mimpi menikmati cacing, paruhnya setengah terbuka, sayapnya lunglai.
Kehilangan tersenyum tanpa terlihat, kepalanya dan delapan ekor kepala bangau sama sama terkulai. Mata angin mengerjap dikepung debu dari semua penjuru*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar