Rabu, 29 Juni 2011

papan larangan

by Dian Aza on Saturday, June 11, 2011 at 11:12pm
Di sebuah taman bermain aku berayun naik turun, bunyi derit engsel dan pipa besi berkarat yang kurang diminyaki mengingatkanku pada rintihan parau masa lalu. Aku terus berayun, mencoba membuat ayunan terbiasa bergerak, meluncur tinggi menjejak udara kubuang gamang masa depan. Tapi aku jadi sadar bersamaan tak paham kenapa hanya aku sendirian berayun di sebuah taman, padahal ini waktu liburan. Baru kemudian kubaca tulisan pada sebuah papan yang tegak menancap di dekat tiang ayunan, sedang dalam perbaikan. Sesaat kemudian ayunan berderak keras, patah.

Orang orang berdatangan sambil menggandeng tangan anak anaknya masing masing, memandangku yang terjatuh dengan tatapan iba dan berkata kepada anak anak mereka, makanya jangan melanggar yang tertulis di papan larangan. Kucoba berdiri dan berkata, aku tak melanggar apa apa. Papan itu seakan sengaja tak menampakkan diri lebih awal, berniat menjebakku dengan kalimat, sedang dalam perbaikan. Satu persatu dari mereka berlalu tanpa menjawabku. Kudekati papan di dekat ayunan, kesakitan dan kecewa melintaskan sebuah tanya, sedang dalam perbaikan apakah sama artinya dengan sedang dalam kerusakan.

Tak ada kebaikan ketika sedang dalam perbaikan, aku terkenang keramaian dan buram cahaya di luar taman. Masih ada rumput lembut mau menopang tubuhku di sini terpikir sebelum terlihat dan kubaca sebuah papan lagi bertuliskan, dilarang menginjak rumput. Pantas saja hanya aku sendiri bermain di taman ini*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar