by Dian Aza on Thursday, April 28, 2011 at 12:08am
Aku lebih pintar dibanding boneka kayu itu hingga peri biru lebih menyayangiku. Tak pernah memanjangkan hidungku meski aku mengulangulang kebohongan sepanjang waktu, terus menerus kusebut diriku manusia.
“Kasihan, anakanak belum memasang wortel untuk hidungmu. Dan sinar matahari sangat terik, sebentar lagi kau pasti meleleh.” Boneka kayu itu menatapku.
Aku balas menatap boneka kayu sambil tertawatawa, sebentar lagi peri biru pasti memanjangkan hidungnya*
“Kasihan, anakanak belum memasang wortel untuk hidungmu. Dan sinar matahari sangat terik, sebentar lagi kau pasti meleleh.” Boneka kayu itu menatapku.
Aku balas menatap boneka kayu sambil tertawatawa, sebentar lagi peri biru pasti memanjangkan hidungnya*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar